Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Selasa, 23 Desember 2014

Pondok Kopi Umbul Sidomukti Semarang



Masih bersama sammy, kali ini jalan jalannya ke pondok kopi di umbul sidomukti semarang. Sebenarnya kami sudah pernah kesana sebelumnya, tapi karena saat itu pondok kopi dipenuhi pengujung alhasil hari itu kami hanya duduk duduk saja menikmati asrinya sekotak semarang yang sejuk.

Dan kali ini setelah puas berfoto-foto di brown canyon kami mendapat undangan bersama teman teman satu jurusan untuk menyejukkan fikiran di pondok kopi umbul sidomukti. Lagi-lagi salah kostum, karena dari brown canyon belum sempat pulang untuk mengganti pakaian. Alhasil saya ke pondok kopi hanya mengenakan blazer pink unyu tanpa jaket. Jika sebelumnya saya kepanasan, maka kali ini sebaliknya. Saya kedinginan
Pondok kopi umbul sidomukti ini terletak dibawah kaki gunung ungaran dengan ketinggian sekitar 1.200 mdpl.pada ketinggian ini bisa dibayangkan betapa kedinginannya saya saat itu. Tapi bersyukur sammy yang baik hati meminjamkan jaketnya untuk saya.

Tempat ini lokasinya tidak jauh dari tempat wisata umbul sidomukti. Cukup naik sekitar 500 meter maka kita akan menemukan restaurant yang bernama pondok kopi. Bagi yang suka mendaki gunung, pondok kopi juga terletak tepat dibawah base camp mawar, base camp nya pendaki gunung ungaran.

Pemandangan yang indah membuat tempat ini menjadi tempat nongkrong para anak gaul semarang yang bosan dengan bisingnya kota. Tempatnya pun nyaman dengan 3 spot tempat duduk, didalam ruangan, di teras, dan di halaman samping. Benar-benar suguhan yang sangat menkajubkan. Menu yang menggoda selera dan pemandangan yang memanjakan mata.

Sayang sekali dua kali bertandang kami tidak mengantongi banyak foto-foto dari pondok kopi.








Semoga menjadi rekomendasi tempat wisata yang menarik. Happy travelling ^^

Minggu, 21 Desember 2014

De Mata 3D Trick Eye Museum Jogjakarta




Beberapa hari ini saya dan sammy sudah berkali-kali travelling hanya sekedar mengisi waktu liburan. Setelah sebelumnya saya bercerita tentang indahnya semesta lewat brown canyon dan asrinya pondok kopi umbul sidomukti, kali ini giliran wisata indoor di museum 3D De Mata Jogjakarta yang kami sambangi.

Lokasinya berada di Basement XT Square, Jl Veteran Pandeyan Umbulharjo (terminal lama umbulharjo) tidak terlalu jauh dengan malioboro dan taman pintar. Jadi bisa sekalian mampir kalau mempunyai banyak waktu untuk menyambangi tempat wisata di jogja ini.

Wahana ini terhitung masih sangat muda. Baru genap satu tahun wahana ini diresmikan yaitu pada tanggal 22 Desember 2013 lalu De Mata 3D Trick Eye Museum Jogjakarta sudah mampu menarik perhatian wisatawan asing maupun lokal. Betapa tidak, museum 3D ini termasuk dalam museum 3D terbesar di dunia karena di sejumlah negara seperti Jepang, Korea, Cina, Singapura maupun Hongkong, pameran gambar gambar tiga dimensi rata-rata hanya menampilkan tak lebih dari 100 gambar atau lukisan. Sedangkan De Mata 3D Trick Eye Museum Jogjakarta menampilkan sekitar 120 lukisan 3D yang diganti secara berkala, sehingga tidak ada salahnya kembali menyambangi museum ini meskipun sudah pernah datang sebelumnya.

Sebagian besar lukisan yang berada di museum ini merupakan karya dari sang owner yaitu Fx Petrus kusuma dan sebagian lagi merupakan karya dari mahasiswa seni rupa Jogjakarta.

Bertandang ke museum ini sangat disarankan membawa kamera dan tidak dianjurkan untuk datang kesini seorang diri. Karena museum ini adalah spot yang tepat bagi yang suka narsis dengan mimik wajah yang ekspresif. Jadi, kalau datang seorang diri hanya akan mlongo melihat pengunjung lain berfoto ria.

Di museum ini tongsis tidak akan berfungsi secara maksimal, karena untuk mendapatkan hasil jepretan yang terlihat nyata perlu mencari angle yang cocok agar hasilnya memuaskan.

Tetapi bagi yang benar-benar solo traveller jangan terlalu khawatir, di museum ini banyak sekali guide yang bersedia menjadi fotografer dan mengarahkan gaya sesuai dengan lukisannya.

lagi naik tembok besar cina ^^
photo by lukmana sam

sammy mau panjat tebing
photo by aiyyatias

berat ya?? :D
photo by aiyyatias


happp...!! lalu ditangkap
photo by aiyyatias

ooppss hihii
photo by aiyyatias

menggalau dulu di tamansari
photo by lukmana sam

hiii ngerii
photo by aiyyatias

naik naik... ke dinding batu. tinggi tinggi sekali
photo by lukmana sam

ahh manisnya ^^

pukpuk sammy.
photo by aiyyatias

adek kecil jangan nakal ^^
photo by aiyyatias

jalan jalan sore duluu
photo by aiyyatias

ikut ahhh
photo by lukmana sam

ini dia keseruan dibalik layar :D
photo by aiyyatias

monggo mbak
photo by lukmana sam

sammy bisa berdiri kebalik..!! magic

wuuushhhhh

ayo kita ke bulan :)

naik roket diatas kapal titanic :D
sampai juga dibulan ^^

berdoa yang kenceng sammy :D
photo by aiyyatias

awas basah ya komandan :D
photo by aiyyatias


couple traveller ^^

Happy travelling ^^

Brown Canyon Semarang


brown canyon setelah diguyur hujan
photo by aiyyatias

Beberapa bulan terakhir blog serasa seperti rumah kosong. Selama 135 hari waktu-waktu penuh dengan kegiatan PPL dan KKN, akhirnya kali ini ada banyak waktu untuk kembali mencumbu keyboard laptop kesayangan. Ada banyak waktu juga untuk menghabiskan liburan dengan jalan jalan bersama sammy.

Sebenarnya, jauh-jauh hari saya dan sammy sudah merencanakan jalan-jalan ke jogja menilik seperti apa serunya berfoto di museum 3D de Mata. Tapi karena kebetulan hari ini sammy tidak ada jadwal kuliah, akhirnya sammy menentukan untuk mengajak saya merefresh otak setelah lama berkutat dengan kegiatan PPL dan KKN. tapi kemana?
Setelah siap dan berdandan cantik dengan balutan blazer batik warna pink dan jilbab yang senada, barulah sammy memberi tahu bahwa kami akan menyambangi gunung padas dibelahan semarang sana, Brown Canyon. Walllaaa jadilah saya salah kostum

salah kostum tapi tetep kece hehe
photo by lukama sam

Oke, hari sudah mulai siang akhirnya kami pun tancap gas. Bisa dibayangkan bukan disiang hari yang terik, ditengah jalanan yang padat kendaraan saya mengenakan pakaian seformal ini. Apa jadinya ditengah gurun nanti.

Setelah melewati jalan padat kendaraan, lembah dan bukit, jalan setapak dan hanya berbekalkan arahan dari gps, akhirnya sampai juga di TKP. Banyak truk truk besar berlalu lalang dijalan beraspal yang hanya tinggal tanah yang mulai diguyur gerimis lembut, sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Tetapi itu semua terbayar lunas ketika mulai terlihat bongkahan bongkahan batu padas yang berjejer rapi. Sayangnya penyambutan yang romantis ini diiringi dengan guyuran hujan yang semakin deras.

Secepat kilat sammy mencari tempat berteduh dibawah pohon rindang, mengatapi kami berdua dengan jas hujan kesayangannya. Saya sudah mulai putus asa, jangan jangan rencana hunting-hunting foto nya akan gagal gara gara hujan yang tak kunjung reda.
Setelah lama berdiri berteduh dibawah atap jas hujannya sammy, semesta mulai menampakkan keindahannya. Gunung-gunung padas itu terlihat semakin cantik dibawah langit yang masih sedikit redup, dan lama-lama cerah seperti bola lampu jutaan watt.

masih indah :)
photo by aiyyatias



ngerinya lompat diatas tebing
photo by aiyyatias

sammy lagi selfie hehe
photo by lukmana sam

indahnya semesta ^^
photo by lukmana sam

cantik kan?? :D
photo by lukmana sam

sammy, sammy..!!
photo by aiyyatias


Sedikit bercerita

Brown canyon ini dari dulunya adalah tempat penambangan batu padas yang dikeruk sedikit demi sedikit dan tanpa sengaja membentuk puing puing. Dan puing puing yang menjulang inilah yang menjadikan brown canyon terlihat seperti grand canyon yang sesungguhnya. Seperti bukan disemarang. Magic

Informasi dari teman-teman yang sudah mendahului ke brown canyon, akan sangat dianjurkan jika mendatangi brown canyon pada sore hari menjelang matahari terbenam. Disitulah golden moment nya, keindahan sunset akan disuguhkan disana dibawah puing puing batu padas.

Benar-benar surga yang tersembunyi.

couple traveller
photo by aiyyatias


couple traveller
photo by lukmana sam

Sabtu, 20 Desember 2014

Bila tuhan lebih sayang padamu



Mendekatlah,
Akan kuceritakan sebuah rahasia
Gunung disana dibesarkan karenamu
Laut nya menyusuimu
Angin pun menjadi hangat dalam selimutmu
Bangunlah saat pagi masih pagi
Pilih gunung mana yang akan membesarkanmu
Laut mana yang akan menyusuimu
Dan angin mana yang akan menghangatkanmu
Aku tau, tuhan lebih sayang padamu

Maka bila tuhan lebih sayang padamu
Akan kupindahkan sesisi dunia dimatamu
Agar bisa kulihat tuhanku dalam dirimu

Rabu, 18 Juni 2014

Catatan Seorang Mahasiswa


Menjadi mahasiswa bukanlah pilihan. Bagi saya, menjadi mahasiswa adalah keinginan. Keinginan untuk menjadi dewasa dibawah asuhan proses, dimanjakan dengan kesenangan dunia kampus, dengan segala problematikanya, bahkan dengan segudang resikonya.

Tidak sedikit teman-teman mahasiswa yang berpikiran seperti itu, terlebih lagi bagi mereka yang banyak memiliki kesibukan berbeda dengan teman-teman disekitarnya seperti saya. Mereka paham benar, mengikuti berbagai kegiatan kampus non akademik tentu mendatangkan efek positif dan negatif. Menjadi aktivis memang menyenangkan, akan ada banyak sekali orang yang mengenali, setiap kaki melangkah selalu saja ada yang menyapa. Menjadi aktivis memang melenakan, akan ada banyak sekali pengalaman yang bisa digali, dan tentunya akan ada banyak sekali sesuatu yang dipelajari yang tidak bisa orang lain pelajari.

Pun semua problematika dan resiko yang akan didapatkan tentu tidak akan pernah didapatkan oleh orang lain. Banyak yang menyapa tentu banyak yang mengacuhkan, banyak yang menyanjung tentu banyak yang mencela. Semua itu adalah konsekuensi dari sebuah keinginan.

Seperti yang mereka rasakan, saya pun merasakannya. Banyak sekali yang menyanjung ketika berjalan bersama beberapa teman, orang-orang hanya menyapa saya. Atau ketika seseorang menanyakan nama saya dimana-dimana dan mereka mengenalnya. Bahkan terkadang teman SMA akan menyinggung perubahan besar dalam diri saya yang semakin ‘aktif’. Tidak jarang, saya akan dituakan dalam berbagai hal meski dalam hitungan umur sayalah yang paling muda.  Menyenangkan, ya itu menyenangkan bagi saya.

Tapi semua itu perlu dibayar mahal, membutuhkan sesuatu yang besar untuk menebusnya. Saya perlu berpikir ekstra untuk mengimbangi waktu saya di kuliah dan organisasi, mencari barang sedetik saja sela-sela waktu kuliah untuk memikirkan organisasi. Atau sebaliknya, Meneliti waktu  barangkali ada sedetik saja waktu untuk memikirkan kuliah. Yang paling mengenaskan adalah kehilangan quality time dengan orang-orang tercinta. Orang tua menjadi melankolis karena merasa dilupakan oleh anaknya, atau teman-teman kos dan teman-teman dekat merasa diacuhkan demi kesibukan organisasi yang baru saja saya geluti.

Saya benar-benar memahami hal itu, dan lagi-lagi saya katakan itulah konsekuensi dari keinginan saya untuk mendewasakan diri dari sebuah proses. Berawal dari meneliti waktu, memilahnya, dan kemudian menemukan sendiri bagaimana jalan keluarnya. Saya merasa saya benar-benar didewasakan. Kehilangan quality time bersama orang-orang terdekat menjadikan saya membuka ruang untuk orang-orang baru dan menanggalkan kebiasaan introvert untuk menjadi seseorang yang supel.

Tidak menyenangkan bukan? Tentu saja jika kita hanya melihat satu sisi saja. Mari kita melihat sisi lain dari seorang mahasiswa, sisi lain lain dari seorang aktivis. Akan lebih baik jika kita melihat sisi lain dari semua hal.

Karena hidup adalah pilihan yang tidak akan terlaksana tanpa keinginan. Maka setiap jalan hidup seseorang tentu akan berbeda hasil dan prosesnya, sesuai dengan apa yang akan dilipih dan apa yang menjadi keinginan.

Baiklah, semoga apa yang saya dan teman-teman tentukan akan menjadi keberuntungan bagi diri masing-masing dan orang-orang sekitar. Semoga orang-orang terdekat tetap menjadi dekat tanpa perlu menutup diri dari yang belum dekat. Dan semoga saya dan teman-teman menjadi dewasa tanpa salah asuhan 




Jumat, 18 April 2014

Untuk Sekedar Berlari


Berteman dengan secangkir kopi
Membiasakan wangi khasnya menari
Mengepul ditengah pucat pasi warna pagi

Lidahku masih sibuk mengecap
Pahit
Bukan..!!
Ada yang lain pada kuncup-kuncup papilla

Pahitnya sudah pasti kau beri
Namun tetap kubiarkan hati bersenandung menyanyi
Jadilah temanku untuk sekedar berlari menyiangi pagi

Tak ada kopi tersaji saat siang
Yang ada hanya sisa-sisa rasa pada kuncup papilla
Tapi aku sudah berlari
Ditemani pahitnya pagi dan rasa-rasa lainnya

Sepetang ini aku masih sendiri
Kembali kuambil kopi
Untuk sekedar menjadikannya teman berlari

Mengecap sisa sisa rasa yang masih entah
Namun...

Kutahu manis pada akhirnya



Senin, 31 Maret 2014

Apa Mimpi Masa Kecilmu?


sumber : disini

Pernahkah kalian memiliki impian saat kecil dulu? Tentu pernah. Bahkan biasanya impian anak-anak jauh dari bayangan orang-orang dewasa. Impian konyol, impian mustahil, bahkan impian yang paling sederhana anak-anak pasti memilikinya.

Beberapa teman pernah bercerita mengenai impian masa kecilnya. Bermacam-macam sekali, dan setiap jenjang biasanya akan berbeda. Teman sewaktu TK dulu misalnya, setiapa saat dia pasti akan mengatakan bahwa ketika besar nanti dia akan menjadi Power Ranger. Beranjak SD impiannya berubah, bahkan ada 2 hingga 3 mimpi yang ingin ia wujudkan saat dewasa nanti, menjadi presiden, menjadi insinyur dan menjadi dokter. Sungguh impian yang menakjubkan. Pun ketika memasuki jenjang yang lebih tinggi impiannya sudah berbeda dengan impian-impian yang dulu ia celotehkan saat kecil dulu. Lucunya, sampai dia memasuki perguruan tinggi tidak ada satupun dari seabrek impian masa kecilnya yang menunjukan tanda-tanda akan diwujudkan. Pasalnya, berita yang terakhir beredar dia memasuki sebuah universitas islam dan mengambil jurusan tarbiyah.

Menggemaskan memang membayangkan anak-anak berimajinasi dengan impian besarnya. Tetapi, terkadang ada pula anak-anak yang mempunyai impian sangat sederhana. Teman satu perguruan tinggi pernah bercerita mengenai impian nya sewaktu TK dulu. Ketika gurunya menanyakan ‘ingin jadi apa saat besar nanti?’ dengan lugunya dia menjawab supir bus. Jawaban ini tentu akan membuat siapa saja yang mendengarnya geleng-geleng kepala.

Tidak ada yang salah dengan impian masa kecil anak-anak. Mereka boleh saja berimajinasi, bahkan pepatahpun mengatakan ‘gantungkan impianmu setinggi langit’. Hanya saja tanpa bimbingan dan arahan dari orang tua imajinasi anak-anak terhadap impian mereka akan sia-sia.

Bukan tidak mungkin tentunya untuk menjadi seorang presiden? Insinyur? Dokter? Atau supir bus sekalipun? Tentu saja dengan bimbingan serta arahan yang baik dari orang tua. Berikan pengertian tentang apa sebenarnya sebuah impian, kenalkan mereka dengan berbagai macam profesi yang ada di dunia ini. Sehingga sejak dini anak tidak lagi terombang-ambing dengan perkara akan jadi apa kelak besar nanti, atau yang biasa menjadi dilema seorang pelajar adalah ketika hendak menentukan jurusan untuk memasuki perguruan tinggi. Mereka cenderung bingung untuk mengambil keputusan yang menentukan arah hidupnya dimasa depan.

Tetapi dengan adanya perhatian dari orang tua anak tidak akan merasa khawatir dengan apa pekerjaan mereka nantinya, mereka hanya perlu memikirkan bagaimana cara mewujudkannya.

Selasa, 04 Maret 2014

Cerita Tentang Buah Dari Kompetisi Berpeluh Kasih




Aku tekadang merasa sulit mengatakan apa yang aku rasakan. Dan akhirnya, baris-baris alfabet selanjutnya menjadi pelarian dari kata yang tertunda.

Entah harus kumulai darimana, sungguh awalnya tidak ada yang istimewa. Hanya hubungan baik seorang kakak kelas dengan adik kelasnya yang bertemu dalam satu atap kampus dan dalam satu naungan organisasi. Sekilas terlihat begitu manis, lebih banyak bungkam namun sepertinya berkharisma tinggi.

Rupanya benar, dilihat dari banyaknya senior organisasi yang merekomendasikannya aku kira dia memang seseorang yang berkharisma. Hanya saja, belum ada sesuatu yang menarik perhatianku lebih jauh mengenai dirinya. Kecuali kepiawaiannya menghasilkan nada-nada indah dari petikan gitar yang menyita perhatianku lebih banyak.

Selalu menjadi candu melihatnya memainkan gitar seperti bercengkrama, begitu menghayati. Seperti yang kulihat pertama kali saat pengakraban organisasi malam itu. Dan berlanjut pada malam-malam selanjutnya, pada hari-hari berikutnya ditengah hingar bingar nya dinamika kampus.

Separuh perjalanan dari satu periode kepengurusan organisasi kampus benar-benar menunjukan seperti apa dia sebenarnya. Lagi-lagi harus kusampaikan, dia terlihat manis disetiap kesempatan. Tingkahnya, bahasanya, raut muka polosnya, semuanya. Sungguh, adik manis. Meski tidak lebih muda dariku. Membuatku berpikir untuk menelannya hidup-hidup.

Dia tidak lebih pintar dariku dalam masalah organisasi, mungkin. Tetapi banyak sekali pembelajaran yang kupelajari darinya tanpa sengaja. Banyak sekali hal-hal yang tidak kuketahui sebelumnya. Sebuah ketulusan, kegigihan, dia ajarkan dalam setiap gerak gerik nya. Tidak secara langsung memang, dari awal sudah kukatakan dia lebih banyak bungkam. Segala yang ingin dia katakan sepertinya dia katakan melalui apa yang dia lakukan, apa yang dia kerjakan. Lagi, ingin kutelan dia hidup-hidup.

Masih dalam satu lingkup organisasi, memungkinkan interaksi semakin sering terjalin. Apalagi berada dalam satu seksie kepanitiaan, mata semakin sering bertemu, tangan dan kaki semakin sering membantu, mulut semakin sering mengucap berbagai macam kalimat perhatian. Seperti yang terakhir kutau, dengan tangan kekarnya, berada dekat dengan dada bidangnya dia membawaku menuju ruang kesehatan. Atau saat masa-masa sulit menjadi beban dipundakku, memikul amanah berat menjadi ketua event. Pagi-pagi buta pesan singkat melayang masuk ke telepon genggam. “semangat mbak, dandan cantik untuk hari ini...” sederhana tapi membekas.

 Ahh.. bukan. Bukan apa-apa, hanya hubungan baik seorang kakak kelas dengan adik kelasnya. Itu yang kuyakini...

Entah seperti apa awalnya, pagar pembatas serasa melepaskan jerujinya satu persatu. Semakin merasa ada yang lain, ada yang lain ditengah interaksi yang sederhana ini. Entah apa, sampai pada akhirnya beberapa patah kata terdengar sangat mengejutkan. Dia berkata dia suka... lagi-lagi ber-entah-entah muncul pertama kali. Entah suka yang seperti apa, entah suka yang bagaimana, entah suka untuk apa dan atas dasar apa. Dia hanya berkata dia suka, padaku tentunya.

Entahlah.. aku hanya meyakini segala perhatiannya, segala yang dilakukannya hanya untuk menjaga hubungan baik seorang adik kelas dengan kakak kelasnya. Dan masih kuyakini hingga beberapa waktu lamanya

Namun sepertinya sekarang berbeda. Mungkin terlalu percaya diri untuk kukatakan bahwa dia benar-benar memperlakukanku istimewa, tidak selayaknya kakak kelas pada umumnya, atau bahkan hanya sekedar partner kerja saja.

Terkadang terlalu percaya diri juga untuk kukatakan, kicauannya di sosial media dia tujukan untuk diriku. Sejenak menarik diri, menyadarkan kembali pikiran untuk berpikir rasional. Oke, kurasa itu tidak mungkin untuk seorang koleris seperti dia. Membayangkannya pun aku tak sanggup.

Saat itu, saat segala kebingungan dia torehkan hanya karena seunting kata ‘suka’ yang tak sedikitpun jelas artinya. Saat itu juga ingin kukatakan, ingin kutanyakan sebuah penjelasan. Namun urung. Dan kini ketika keinginan itu muncul lagi, begitu banyak perbedaan kalimat yang ingin kukatakan. Kira-kira seperti ini ketika segala perkataan itu kukonversikan menjadi bahasa tulisan.

sebab kau telah meninggalkan jejakmu dihatiku, beribu terimakasih sepertinya tak urung kuucapkan. Hari-hari yang kita lalui untuk beberapa saat ini mungkin akan kita lalui dalam waktu yang lama atau mungkin akan segera berakhir. Aku tidak tau, jujur bahkan aku tak ingin tau. Menyesakkan...
Namun, ikatan yang sejati yang teruji itu langka. Dan akupun, tak ingin kita saling menjauh. Mungkin kita sedang menjalani arah yang berbeda, tetapi semoga itu tidak akan mengubah ikatan yang ada diantara kita. Ada bagiannya dalam diriku, dimana segala kenangan yang kita ciptakan bertempat. Saat-saat kita menangis dan mertawakan sesuatu tanpa malu, sedikit pertengkaran dan tawa yang melimpah.
Meski kita sedang menjalani arah yang berbeda, ketika hidupmu berubah kehidupanku pun berubah. Namun, kesediaan untuk menghargai segala aspek perubahan yang terjadi, semoga pula semakin menguatkan ikatan khusus kita. Apapun kehidupan kita nantinya, ingatlah selalu bahwa tidak ada hari dimana aku tidak memikirkanmu, medo’akanmu dalam sujudku, dan menyimpanmu ditempat istimewa dalam bagian hidupku.
Terimakasih telah berada disisiku dan membantuku melewati masa-masa sulit. Waktu untuk mengutamakan kepentinganku
Terimakasih telah menjadi dirimu sendiri, telinga yang memberikan kesediannya mendengarkan segala keluh kesahku bahkan segala sisi kekanak-kanakanku. Bersamamu aku tidak perlu menjadi siapa-siapa, berpura-pura menjadi seseorang yang bukan diriku. Kau menerimaku apa adanya, segala apa yang kutampilkan.
Terimakasih atas segala kesempatan yang sempat aku rasakan
Jika pun harus ada air mata, maka biarlah ia menjadi teman sedihku untuk menyayangimu, jika ada rasa sakit mendera, maka biarkanlah ia menjadi teman setiaku dalam bertahan atas segala kejujuranku padamu. Jiwa tak akan pernah mengenal arti tegar jika ia hanya datar merasakan perjalanan hidupnya. Hati tak akan pernah mengerti rasa sakit, jika ia selalu bahagia, Maha Suci Tuhan Semesta Alam atas segala rangakaian hidup yang sempurna ini.
Sungguh aku bersyukur, sekalipun aku tak pernah utuh memilikimu, sekalipun utuh yang kau punya tak hanya untukku. Jangan tanyakan tentang kesedihan yang kau pun tahu, jangan bertanya tentang rasa sakitku, bila kau pun merasakannya.
Dimana aku bisa menemui hangatnya jemarimu mengusap semua peluhku? Ataupun sebaliknya aku yang mengusap peluh di wajahmu. Dan aku yang akan membelai lembut bahumu ketika kau goyah di jalan perjuanganmu bersamaku.
Dalam sujudku pada-Nya ku titipkan doa dan pintaku, semoga kau senantiasa dalam penjagaan-Nya ketika penjagaanku tak sampai padamu. Semoga kau selalu dikasihi dan disayangi -Nya ketika kasih dan sayangku tak mampu melampaui dimana kau berada saat ini.
Ucap terakhirku,semoga terbaca jelas dimata dan hatimu...”
                                                                                                                                                               

                                                                                                                                                                                                “TE”

Sabtu, 01 Maret 2014

Di depan Pintu



Langit semakin menghitam dengan garis garis emas
Ruang dan waktu yang bersiklus
Menempatkan kita pada sekotak tempat yang berbatas
Bukan kayu, bukan kain, bukan kardus
Tapi cukup mendatangkan keterasingan, lusuh
Seperti bola-bola kertas

Di akhir februari Hujan mengetuk dengan pelanginya
Sesekali kita keluar, melihatnya menulis sajak sajak tentang kita
Langit yang kita tatap masih sama
Pun dengan hujan dan pelangi darinya

Hanya saja
Kita melihat bagian dari sebuah persimpangan yang berbeda
Kanan dan kiri yang tak pernah sama
Sejalan dengan kemana tujuan membawa

Di depan pintu
Sedikitpun kaki belum beranjak
Masih menikmati deru suaramu
Yang sesekali terdengar berteriak
Berharap kita sama-sama menarik benang merah pada kata rindu

Di depan pintu
Sedikitpun mata belum berkedip
Masih membayangkan teduh bulu mata sayumu
Yang kutau sesekali mengintip
Semoga mata ini masih sanggup menyapamu

Tetapi tidak,
Kelak langit dan dirimu
Ahh... bukan
Bumi dan langit yang menuntun kita pada kearifan
Lewat ayat-ayat Tuhan yang sengaja tak dituliskan-Nya
Lalu kita berucap ini adalah karunia

Seperti adam dan hawa dipertemukan