Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Minggu, 16 Februari 2014

Indonesia Tanggap Bencana


Berita mengenai bencana alam yang akhir-akhir ini melanda indonesia masih menjadi top chart dimana-mana. Mulai dari meletusnya gunung sinabung, banjir dimana-mana, dan yang terakhir masih hangat dibicarakan adalah meningkatnya aktivitas gunung kelud yang kini sudah menumpahkan material vulkanik dengan ganasnya. Peristiwa-peristiwa tersebut memunculkan banyak sekali perhatian dan keprihatinan dari pemerintah maupun masyarakat indonesia. Seperti yang diberitakan di berbagai media massa, bahwa bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi di indonesia sudah menelan banyak korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang cukup parah.
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan dua musimnya yaitu panas dan hujan. Kondisi iklim yang tidak menentu diserta dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam menjadikan Indonesia rawan akan bencana Hidrometeorologi seperti kebakaran hutan, kekeringan, banjir dan tanah longsor. Selain itu, Indonesia juga terletak pada lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak sekali gunung api yang aktif. Sehingga tidak jarang Indonesia merasakan keganasan dari letusan-letusan gunung api tersebut.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2013 Indonesia mengalami kenaikan frekuensi kejadian bencana sepanjang tahun 2005 hingga tahun 2012 dengan berbagai macam jenis bencana. Tercatat 693 kejadian bencana pada tahun 2005 dan terus merambat naik hingga tercatat 2.311 kejadian bencana pada tahun 2012. Dari total kejadian bencana hampir 90 persen merupakan bencana Hidrometeorologi.

Manusia Pemeran Utama Saat Bencana Datang

            Perubahan iklim global seringkali dituding-dituding sebagai penyebab terjadinya bencana Hidrometeorologi. Kondisi alam yang tidak menentu membuat frekuensi bencana Hidrometeorologi semakin meningkat dengan perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Namun, sesungguhnya faktor perilaku manusia lebih dominan meningkatkan terjadinya bencana Hidrometeorologi dibandingkan dengan perubahan iklim global yang ekstrim.
            Sebagai pencegahan dan penanggulangan bencana, berbagai macam infrastruktur dibangun dengan sedemikian rupa dengan minimalisasi dampak terhadap lingkungan. Namun, pada dasarnya proses pembangunannya tetap menimbulkan dampak kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem. Kesalahan pengelolaan lingkungan inilah yang mempunyai peran besar dalam meningkatkan frekuensi terjadinya bencana di Indonesia.

            Sebagai pelaku utama penyebab terjadinya bencana, sudah sepantasnya pula manusia menjadi pemeran utama ketika bencana mulai datang. Tidak hanya pemerintah saja, perlu adanya koordinasi disemua lapisan masyarakat dalam menanggapi bencana yang terjadi. Pemerintah bertanggungjawab melindungi masyarakat dan mensejahterakannya, tetapi pemerintah juga memerlukan dukungan dari masyarakat dengan mematuhi aturan, himbauan dan segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ketika pemerintah lamban, sudah sepantasnya masyarakat bertindak dan mengambil alih. Hal ini akan membuka peluang bagi perorangan maupun kelompok untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana, bukan hanya omong kosong tanpa implementasi. 

0 komentar:

Posting Komentar