Berita mengenai
bencana alam yang akhir-akhir ini melanda indonesia masih menjadi top chart
dimana-mana. Mulai dari meletusnya gunung sinabung, banjir dimana-mana, dan
yang terakhir masih hangat dibicarakan adalah meningkatnya aktivitas gunung
kelud yang kini sudah menumpahkan material vulkanik dengan ganasnya.
Peristiwa-peristiwa tersebut memunculkan banyak sekali perhatian dan
keprihatinan dari pemerintah maupun masyarakat indonesia. Seperti yang
diberitakan di berbagai media massa, bahwa bencana alam yang akhir-akhir ini
terjadi di indonesia sudah menelan banyak korban jiwa dan mengakibatkan
kerusakan infrastruktur yang cukup parah.
Indonesia merupakan
negara beriklim tropis dengan dua musimnya yaitu panas dan hujan. Kondisi iklim
yang tidak menentu diserta dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang
relatif beragam menjadikan Indonesia rawan akan bencana Hidrometeorologi
seperti kebakaran hutan, kekeringan, banjir dan tanah longsor. Selain itu,
Indonesia juga terletak pada lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia yang
menyebabkan Indonesia memiliki banyak sekali gunung api yang aktif. Sehingga tidak
jarang Indonesia merasakan keganasan dari letusan-letusan gunung api tersebut.
Berdasarkan
data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2013
Indonesia mengalami kenaikan frekuensi kejadian bencana sepanjang tahun 2005
hingga tahun 2012 dengan berbagai macam jenis bencana. Tercatat 693 kejadian
bencana pada tahun 2005 dan terus merambat naik hingga tercatat 2.311 kejadian
bencana pada tahun 2012. Dari total kejadian bencana hampir 90 persen merupakan
bencana Hidrometeorologi.
Manusia Pemeran Utama Saat Bencana
Datang
Perubahan
iklim global seringkali dituding-dituding sebagai penyebab terjadinya bencana
Hidrometeorologi. Kondisi alam yang tidak menentu membuat frekuensi bencana
Hidrometeorologi semakin meningkat dengan perubahan cuaca, suhu dan arah angin
yang cukup ekstrim. Namun, sesungguhnya faktor perilaku manusia lebih dominan
meningkatkan terjadinya bencana Hidrometeorologi dibandingkan dengan perubahan
iklim global yang ekstrim.
Sebagai
pencegahan dan penanggulangan bencana, berbagai macam infrastruktur dibangun
dengan sedemikian rupa dengan minimalisasi dampak terhadap lingkungan. Namun,
pada dasarnya proses pembangunannya tetap menimbulkan dampak kerusakan terhadap
lingkungan dan ekosistem. Kesalahan pengelolaan lingkungan inilah yang
mempunyai peran besar dalam meningkatkan frekuensi terjadinya bencana di
Indonesia.
Sebagai
pelaku utama penyebab terjadinya bencana, sudah sepantasnya pula manusia
menjadi pemeran utama ketika bencana mulai datang. Tidak hanya pemerintah saja,
perlu adanya koordinasi disemua lapisan masyarakat dalam menanggapi bencana
yang terjadi. Pemerintah bertanggungjawab melindungi masyarakat dan
mensejahterakannya, tetapi pemerintah juga memerlukan dukungan dari masyarakat
dengan mematuhi aturan, himbauan dan segala kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Ketika pemerintah lamban, sudah sepantasnya masyarakat bertindak
dan mengambil alih. Hal ini akan membuka peluang bagi perorangan maupun
kelompok untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana, bukan hanya omong
kosong tanpa implementasi.
0 komentar:
Posting Komentar