Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Senin, 28 Januari 2013

IP ku 3,18. antara E dan K pilih yang mana...???



3,18...???????!!!! sontak siapapun yang mendengarnya pasti akan terperanjat. Bagaimana tidak, deretan angka tersebut adalah IP saya semester ini, semester 3 di prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)Universitas Negeri Semarang (UNNES). Sebenarnya angka tersebut tidaklah terlalu mengejutkan bagi mahasiswa lain selain mahasiswa Prodi yang sedang saya geluti saat ini, pasalnya IP diatas 3 masih dianggap wajar-wajar saja atau bisa dibilang cukup untuk seorang mahasiswa. Tetapi, hal itu berbeda dengan kenyataan.
IP 3.18 di Prodi saya sudah termasuk dalam jajaran IP terendah, dan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ), Prancis (PBP), dan Mandarin (PBM) yang masih dalam satu naungan jurusan yaitu Jurusan Bahasa dan Sastra Asing (BSA)pun sudah mafhum akan hal itu, karena sudah bukan barang aneh lagi ketika Mahasiswa PBA mendapat IP dan Nilai yang tinggi. Entah karena mayoritas mahasiswa nya yang benar-benar menguasai bidangnya atau karena ‘kemurahan hati’ dosennya saya tidak tau. Yang jelas saya sedikit menikmati keberuntungan ketika nilai saya tinggi, tetapi tidak bisa dipungkiri lagi bagaimana kecewanya ketika mendapatkan nilai ‘rendah’, ya seperti inilah rasanya. karena masalah tersebut, Tidak jarang temanku dari Prodi Prancis melontarkan protes kerasnya padaku. “kalian tu ya, dapet IP masih diatas 3 aja udah sambat, belum pernah tho dapet IP 2,... 1,... atau 0,...??? ya jelas lah. Wong dosen kalian itu baik hati kok, nggak pernah kasih nilai jelek. Nggak kaya PBP atau PBJ.” PBM tidak disebutkan saat itu karena umurnya yang masih terlalu pendek,dan  baru satu tahun sehingga tidak terlalu mendapat sorotan.
Saya sering berfikir, Ahk..sebenarnya tak baik bertahan karena belas kasihan, hal itu akan membuat kita menjadi manja dan tidak sadar akan kemampuan kita sendiri, karena terbiasa dengan nilai yang bagus. Hal itu juga akan memunculkan kekecewaan yang amat sangat ketika sedikit saja nilai yang biasa ‘nyingkrik’ lengser dari singgasananya.
Pernah suatu ketika saya mendapati kakak angkatan di PBA menyesalkan nilai yang didapatnya. “Ya Allah.... sepertinya saat Mata Kuliah Qiro’ah Basithoh (membaca) saya fasih membaca, dengan intonasi yang benar dan lancar. Saya tidak terima kalau nilai saya Cuma AB” begitu katanya dengan nada yang semakin meninggi.
Jedddeeerrr...!!!!  hal itu sontak membuat saya sedikit menahan rasa kesal. Bagaimana tidak nilai, AB  adalah nilai yang cukup baik, satu tingkat dibawah nilai sempurna. Kok ya masih saja disesalkan, benar-benar tidak ada rasa bersyukurnya sedikitpun. Bagi saya yang tidak begitu menguasai bidang yang saya geluti saat ini yaitu Bahasa Arab, hal itu merupakan cambuk yang sangat menyakitkan. Saya setengah mati mendapatkan nilai baik. Ehk... kok yang lain pada ogah-ogahan dapet nilai AB.
Ya... barangkali itu pula yang teman-teman prodi lain rasakan. Mungkin kesan itulah yang muncul dibenak mereka, “tidak bersyukur” terhadap apa yang didapat.
Kembali pada IP 3.18, sampai detik ini pun saya masih membingungkan apa yang menyebabkan IP saya turun begitu jauh dari yang semula 3.46. padahal saya rasa semester ini usaha saya lebih ekstra dibanding dua semester sebelumnya, tetapi pada kenyataannya IP saya semseter ini malah lebih pantas menyandang predikat IP terendah sepanjang sejarah perkuliahan saya.
Tetapi seperti apa yang saya katakan diatas, saya tidak ingin menjadi mahasiswa yang tidak bersyukur. Saya tidak ingin ambil pusing pada apa yang saya dapatkan saat ini. Bagaimana tidak, betapa saya benar-benar merasakan perjuangan mendapatkan IP 3,18. Betapa saya dengan bayang-bayang ketakutan mendapatkan IP jauh dibawah itu. Dengan hal ini, saya patut bersyukur.
Sebelum yudisium tanggal 25 Januari 2013 kemarin, saya sempat ‘mengintip’ IP dan IPK saya di laman pplunnes.ac.id, saat itu baru nilai 14 SKS dari total 22 SKS yang di input. dan IP saya hanya 3,12. Ya... 3.12 ketika itu saya masih memiliki waktu 3 hari lagi sebelum yudisium, yang berarti hari itu tepatnya tanggal 22 Januari 2013. Selama itu, dalam setiap selesai sholat terselip disana do’a untuk IP saya yang malang. “ya Allah,, selamatkanlah IP saya dari ambang kehancuran.” (maksud saya adalah jangan sampai turun menjadi 2,..) saat itu saya takut IP saya akan turun ketika nilai yang lain masuk. Pasalnya tugas akhir mata kuliah Bimbingan dan Konseling saya ditolak mentah-mentah oleh dosen tercinta (untuk kronologi lebih lanjut peristiwa ini pernah saya post. Silahkan dibaca “ditolak dosen”) Nah.... baru saya ingat, ternyata penolakan tugas akhir itu sedikit banyak mempengaruhi IP saya semester ini, hal itu pulalah yang menahan kepulangan saya karena ketakutan saya mendapatkan nilai K. Dan do’a pun berlanjut. “ya allah... saya tau sungguh tidak pantas saya mendapatkan nilai A untuk mata kuliah BK yang tanpa nilai tugas akhir, tapi saya juga tidak berharap mendapat nilai lebih rendah dari B, Minimal B. Atau kalau tidak, K pun tidak masalah asalkan saya bisa mengurus dan memperbaiki nilai saya meski dengan ganti tugas yang mungkin akan lebih berat dari tugas akhir saat itu” penawaran pun saya lakukan. Apa boleh buat, hanya itu usaha terkakhir yang bisa saya lakukan.
2 hari berlalu, terbersit ide iseng membuka akun jejaring sosial. Disana terpampang tulisan-tulisan yang lebih mirip disebut sebagai ‘sampah’ karena saking banyaknya, ya ‘sampah pikiran’ yang harus dibuang. Dan facebook lah korban utamanya. Mulai dari “Alhamdulillah,, IP ku udah tumbuh. Udah nggak imut-imut lagi” yang artinya IP nya lagi naik. Atau “percuma aja dapet A kalau juga dapet C. Sama aja bo’ong....kecewaaaa >,<” dengan emoticon yang lebih menyeramkan dari wajah aslinya. Atau juga “nggak merasa belajar apa yang saya pelajari” bentuk ketidakpuasan yang mendalam. Ada lagi “syukuri apa yang ada. Meski tak begitu memuaskan, semester depan harus lebih baik,, semangat” status yang sama pada yudisium-yudisium sebelumnya. Oops, tunggu. Nilai A, nilai C??? Sudahkah nilai bisa dilihat??? Secepat kilat saya membuka tab baru dari jejaring sosial menuju SIKADU dan pplunnes.ac.id, hasilnya NIHIL. Masih sama seperti 2 hari yang lalu. Tapi darimana datangnya nilai A dan nilai C??? Saya mencari rujukan yang terpercaya kesegala penjuru. Dan akhirnya, ditemukanlah cara ‘mengintip’ IP sebelum yudisium. Cara yang sedikit aneh, membuka akun facebook dan sikadu berbarengan. Membuka tab baru lagi dan masukan alamat on.fb.me/10GVZ5Q pada address bar Dannnn.... IP saya 3,18. Ya Allah, sungguh tidak bisa dipercaya. Allah Tuhanku memberikan ma’unah nya, ma’unah yang saya harapkan selama 2 hari ini. Tapi perjuangan belum selesai, Pencarian pun berlanjut. B,B jariku terhenti pada baris ke dua. Lebih tepatnya pada mata kuliah BK, dan nilai saya B besar (sengaja saya buat besar pada tulisan ini). Lagi... Allah memberikan ma’unahnya kepada saya, setelah sebelumnya saya rasakan pada perjalanan panjang saya memasuki almamater tercinta UNNES pada postingan “carilah pintu lain ketika satu pintu tertutup” dan baru saja pada postingan ini sebelum mendapatkan IP 3,18. Subhanallah, Allahu Akbar.... dan kali ini giliran saya yang sama ababilnya dengan mahasiswa lain, mengadu di jejaring sosial. “bukankah ma’unah yang diharapkan masih diberikan???? Tidak perlu merasa sedih bukan????? J
Ya... saya tidak perlu merasa sedih dengan IP seminim itu dibanding dengan teman-teman mahasiswa  PBA lainnya. Saya tidak perlu protes dengan nilai yang dipenuhi dengan huruf B dan AB tanpa huruf A pada semseter ini. Sebaliknya, saya perlu bersyukur. Dengan keterbatasan saya, saya mendapat IP 3,18 angka yang tinggi menurut mahasiswa lain dengan IP lebih rendah dari saya. Dan Dengan penawaran terkahir saya pada Allah Rabb ku, saya diselamatkan dari menyedihkannya IP 2,.. dan nilai dibawah B atau mendapatkan K. Apalagi yang perlu disesali??? Apa yang membuatku harus bersedih??? Bukankah semua do’a telah Allah kabulkan??? Bukankah semua yang saya harapkan telah Allah berikan??? Sekarang hanya tinggal merelisasikan rasa syukur, dengan berusaha mendapatkan pencapaian yang lebih baik dari saat ini. J
wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhraja” Dan siapa yang bertakwa kepada Allah maka dia akan menjadikan untuknya jalan keluar.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

hahaha

Unknown mengatakan...

Mba cara intip nilai gmn, kok udh ga bisa?

Unknown mengatakan...

maaf mas fajar, baru sempat di bls. udah ndak bisa di intip. sekarang proteksinya lebih ketat. sabar menunggu nilai selanjutnya ya :)

Jun mengatakan...

cerita yg menarik :)

Posting Komentar