Istilah poligami saat ini sudah tidak asing lagi
ditelinga masyarakat. Dari remaja sampai yang tua, laki-laki perempuan, bahkan
yang berpendidikan maupun orang awam sudah pasti mengetahui perihal fenomena
unik ini. Sudah banyak sekali pembahasan mengenai hal ini, tapi lagi-lagi ada
saja hal menarik yang bisa dijadikan pembahasan seputar poligami. Karena berbagai
spekulasi tentu akan muncul dari berbagai versi.
Suatu waktu puluhan tanda tanya mengambang diatas
kepala. “Apa sebenarnya yang ada dipikiran laki-laki ketika mereka memutuskan
untuk menikah lagi (poligami)?” mencoba memposisikan diri sebagai laki-laki
pun tidak membantu sedikitpun untuk menemukan apa gerangan sebenarnya. Karena pada
dasarnya saya memang bukan seorang laki-laki, saya hanya seorang perempuan yang
mencoba memandang poligami dari sudut
pandang laki-laki.
Beberapa waktu lamanya saya merenungkan jawaban atas pertanyaan
saya sendiri, bahkan sesekali saya menanyakan kepada beberapa teman laki-laki
yang notabene seorang mahasiswa. Jawabannya pun bermacam-macam, sedikit
menggelitik memang. Namun, dari sekian banyak teman yang saya suguhi pertanyaan
dengan berbagai macam jawabannya, ada satu hal yang selalu sama dan selalu saya
temui saat melontarkan pertanyaan tersebut. Yang bersangkutan (red; laki-laki) akan
berdiam sejenak, berkerut alis, barulah setelah beberapa saat hening mereka
akan menjawab pertanyaan saya dengan jawaban yang menakjubkan. Entah jawaban
apa yang mereka persiapkan dibelahan otak sana sebelum mereka lontarkan. Hanya saja,
beberapa pertanyaan baru malah bermunculan. “apakah ini hanya sebuah jawaban
naif?”
Kesalahan saya pada saat itu adalah menanyakan
pertanyaan yang belum pernah dialami sendiri oleh teman-teman saya, jadi beberapa
jawaban yang disampaikan pun tidak sealami yang saya inginkan. Mungkin akan
lain cerita ketika saya menanyakan hal ini pada seseorang yang berniat
melakukan poligami, atau bahkan yang sudah berpoligami.
Setelah melalui perenungan yang panjang, akhirnya saya
menemukan jawaban yang sedikit membuka wawasan baru saya mengenai poligami. Tidak
secara langsung memang, jawaban tersebut saya peroleh setelah membaca buku. Dalam
buku “Catatan Hati Seorang Istri” milik mbak Asma Nadia hal ini dikupas
secara mendalam. Pertanyaan yang sama disampaikan mbak Asma dalam bukunya pada
catatan 1 yang berjudul “kalau saya jatuh cinta lagi”.
‘saya ingin mendalami pikiran laki-laki. Sebenarnya
apa yang ada dikepala mereka ketika menikah lagi?’ –Asma Nadia-
‘sejujurnya mbak Asma, hanya ada satu alasan
inti kenapa laki-laki menikah lagi. Dan itu bukan karena menolong, bukan karena
kasihan atau alasan lain. Saya lelaki. Dan kalau saya menikah lagi itu murni
karena saya suka dengan gadis itu. Saya jatuh cinta. Titik.’
Jawaban yang meyakinkan bukan? Dan saya kira memang
begitu adanya kalau niat untuk menikah lagi benar-benar tulus seperti saat
menikah yang pertama kalinya. Namun, ketika keinginan untuk menikah lagi ini
didasari atas keinginan untuk menolong, karena kasihan atau alasan-alasan
kemanusiaan lainnya itu beda cerita.
Untuk menyikapi perbedaan pendapat mengenai poligami,
akan mustahil jika kita hanya melihatnya dari satu sisi saja. Maka dalam hal
ini saya memberikan beberapa pandangan saya mengenai poligami dari berbagai
sudut pandang.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan poligami jika
dilihat dari sudut pandang laki-laki dan perempuan dalam hal duniawi dan
ukhrowi.
Untuk laki-laki dalam hal duniawi poligami akan
menguntungkan baginya. Dia bisa menikahi wanita manapun yang dia sukai, tapi
bagi perempuan poligami akan sangat menyakitkan. Hidup dalam tekanan harus
berbagi dengan wanita lain sungguh bukan sesuatu yang diharapkan oleh wanita
manapun.
Tetapi poligami akan terlihat berbeda ketika kita
melihatnya dalam hal ukhrowi. Bagi seorang laki-laki poligami merupakan tanggungjawab
yang berat yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan di akhirat nanti. Bagaimana
dia memperlakukan istri pertama dan kedua secara adil, serta bagaimana dia
menjaga perasaan istri pertama dan kedua nya hal inilah yang akan dia
pertanggungjawabkan nanti. Resiko yang sangat besar harus dia tanggung ketika
memutuskan untuk berpoligami. Sedangkan bagi seorang perempuan, poligami merupakan
salah satu ladang amal bagi dirinya. Dengan alasan berbakti dan ikhlas menerima
suami berpoligami, bisa dia jadikan alternatif jalan menuju surga.
Jadi, mau seperti apa kita memandang hukum dan kebenaran
poligami hendaknya kita kembalikan lagi pada pelaku dan pelaksana poligami, seperti
apa mereka akan menjalani kehidupan nantinya. Dan bagi yang sama sekali belum
mempunyai keinginan untuk berpoligami, saya sarankan untuk memikirkan dan
merenungkan matang-matang sebelum menentukan pilihan. Semoga bijaksana dalam
mengambil keputusan ^^
“apa
salahnya? jika suami diibaratkan teko...isinya boleh saja tumpah kemana-mana
yang penting tekonya kan balik kerumah!”
Laki-laki
-Catatan
Hati Seorang Istri-
1 komentar:
poligami skrng cuman buat kepuasan, akhir dunia
Posting Komentar