Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Sabtu, 01 Maret 2014

Di depan Pintu



Langit semakin menghitam dengan garis garis emas
Ruang dan waktu yang bersiklus
Menempatkan kita pada sekotak tempat yang berbatas
Bukan kayu, bukan kain, bukan kardus
Tapi cukup mendatangkan keterasingan, lusuh
Seperti bola-bola kertas

Di akhir februari Hujan mengetuk dengan pelanginya
Sesekali kita keluar, melihatnya menulis sajak sajak tentang kita
Langit yang kita tatap masih sama
Pun dengan hujan dan pelangi darinya

Hanya saja
Kita melihat bagian dari sebuah persimpangan yang berbeda
Kanan dan kiri yang tak pernah sama
Sejalan dengan kemana tujuan membawa

Di depan pintu
Sedikitpun kaki belum beranjak
Masih menikmati deru suaramu
Yang sesekali terdengar berteriak
Berharap kita sama-sama menarik benang merah pada kata rindu

Di depan pintu
Sedikitpun mata belum berkedip
Masih membayangkan teduh bulu mata sayumu
Yang kutau sesekali mengintip
Semoga mata ini masih sanggup menyapamu

Tetapi tidak,
Kelak langit dan dirimu
Ahh... bukan
Bumi dan langit yang menuntun kita pada kearifan
Lewat ayat-ayat Tuhan yang sengaja tak dituliskan-Nya
Lalu kita berucap ini adalah karunia

Seperti adam dan hawa dipertemukan


2 komentar:

Drain Your Blood mengatakan...

bagus bgt,, ijin copas dong

Unknown mengatakan...

terimakasih... jangan lupa sertakan sumber ya. :)

Posting Komentar