Langit semakin menghitam dengan garis garis emas
Ruang dan waktu yang bersiklus
Menempatkan kita pada sekotak tempat yang berbatas
Bukan kayu, bukan kain, bukan kardus
Tapi cukup mendatangkan keterasingan, lusuh
Seperti bola-bola kertas
Di akhir februari Hujan mengetuk dengan pelanginya
Sesekali kita keluar, melihatnya menulis sajak sajak
tentang kita
Langit yang kita tatap masih sama
Pun dengan hujan dan pelangi darinya
Hanya saja
Kita melihat bagian dari sebuah persimpangan yang
berbeda
Kanan dan kiri yang tak pernah sama
Sejalan dengan kemana tujuan membawa
Di depan pintu
Sedikitpun kaki belum beranjak
Masih menikmati deru suaramu
Yang sesekali terdengar berteriak
Berharap kita sama-sama menarik benang merah pada kata rindu
Di depan pintu
Sedikitpun mata belum berkedip
Masih membayangkan teduh bulu mata sayumu
Yang kutau sesekali mengintip
Semoga mata ini masih sanggup menyapamu
Tetapi tidak,
Kelak langit dan dirimu
Ahh... bukan
Bumi dan langit yang menuntun kita pada kearifan
Lewat ayat-ayat Tuhan yang sengaja tak dituliskan-Nya
Lalu kita berucap ini adalah karunia
Seperti adam dan hawa dipertemukan
2 komentar:
bagus bgt,, ijin copas dong
terimakasih... jangan lupa sertakan sumber ya. :)
Posting Komentar