Tinggallah hari penantian, dimana saya harus menunggu dengan
harap-harap cemas akankah saya diterima masuk di Universitas Negeri Semarang
sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab atau tidak. Pasalnya saya hanya
mendaftar di satu perguruan tinggi dan dengan satu pilihan jurusan, ketika
pilihan tersebut tidak lolos maka kesempatan saya menjadi mahasiswa akan
benar-benar pupu. Berbeda dengan teman-teman saya yang memanfaatkan kesempatan
dengan menyertakan tiga perguruan tinggi dan tiga pilihan jurusan pada kartu
pendaftaran mereka. Yang artinya masih banyak kemungkinan bagi mereka.
Beberapa minggu saya masih dalam keadaan harap-harap cemas
menunggu hasil pengumuman SNMPTN jalur undangan. Selama itu saya juga berfikir
bagaimana ketika nanti saya benar-benar diterima, dengan apa saya akan membayar
uang registrasi dan uang selama perkuliahan. Semakin sering saya tersungkur di
atas sajadah mungil tiap sepertiga malam, mengadu pada sang khaliq. pergulatan
batinpun masih berlanjut.
Ketika tiba hari pengumuman SNMPTN jalur undangan perasaan
semakin tak menentu. Jantung berdetak semakin tak beraturan, bahkan untuk
mengecek nama sendiri pun saya tak kuasa. Yanu dan mb izza lah sahabat baik
saya di SMA yang melihat ada atau tidaknya nama saya di daftar peserta yang
lolos SNMPTN.
Lama mb izza dan yanu berada di ruang pak jayadi. Keringat
dingin mulai mengucur menerobos keluar dari persembunyiannya tanpa permisi,
saya melihat mb izza dari kejauhan tampak murung. sontak hal itu membuat saya
semakin tidak karuan. “aku nggak diterima aiyya...” bisiknya lesu. “bagaimana
dengan saya mbak???” namun tidak saya dapati jawaban dari mb izza. Dari
belakang tampak yanu yang berlari tergopoh-gopoh menghampiri saya dan mb izza.
“aiyyaaaaa.... aku diterima” teriak yanu
dengan nafasnya yang masih tak beraturan. “bagaimana dengan saya yan??” dan
saat itu saya masih belum bisa mendapatkan jawaban dari mereka berdua. Sedikit
kecewa, saya terdiam menunggu sampai euforia kesedihan dan kebahagiaan mereka
sedikit meredam. Dan benar saja selang
beberapa kemudian yanu memberitahukan pada saya bahwa ternyata saya diterima
sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab
di Universitas Negeri Semarang. Hampir tak percaya rasanya, saya salah satu dari
13 siswa SMA 1 Kesesi yang lolos SNMPTN
dari sekian banyak siswa SMA 1 Kesesi yang mendaftar SNMPTN jalur undangan.
Subhanallah.... Allah masih memberikan Ma’unah-Nya kepada saya. Lagi....
Tapi, mungkin memang
belum saatnya semua masalah ini selesai. Masalah barupun muncul. “ibu nggak
bisa membiayai kuliahmu nok, kalau registrasinya saja sudah 7.500.000. sebanyak
itu... bagaimana nantinya” ya Allah apalagi ini. semua masalah yang muncul hanya karena biaya. Sedangkan waktu yang saya
punya untuk memutuskan mau saya ambil atau tidak kesempatan menjadi mahasiswa
ini. Ketika itu Saya hanya bisa berharap semoga Allah mencurahkan lagi
Mahabbah-Nya kepada saya, seperti sebelumnya masalah datang bertubi-tubi dan
selalu saja ada penyelesaian yang Allah hidangkan kepada saya, dan kali ini
saya berikrar ketika nanti saya bisa registrasi ulang di Universitas Negeri
Semarang dan resmi tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab di
Universitas Negeri Semarang saya akan istiqomah berjilbab menutup aurat . Semoga
untuk kali ini....
“sana telfon budhe mu nok, minta tolong. Budhe mu kan orang
punya. Siapa tahu mau membantu” ibu saya sempat menyarankan saya untuk
bertandang ke rumah budhe saya di bekasi, dan benar saja ketika saya menelfon
budhe menyampaikan niatan saya melanjutkan studi, budhe menyuruh saya
mengunjunginya di bekasi sana. Saya pun berpikir, mungkin Allah menginginkan
saya untuk sekali-kali bersilaturrahmi ke bekasi. Karena memang jarak yang
begitu jauh, antara pekalongan bekasi, membuat saya belum pernah menyambanginya
lagi setelah 13 tahun silam. Tepatnya ketika saya masih berusia 3 tahun.
Tiga hari saya berada di bekasi, tiga hari itu pula saya
setiap pagi mencuci pakaian budhe sekeluarga, menunggu toko milik budhe
ketika budhe sekeluarga tidur siang,
mencuci piring di dapur budhe ketika budhe dan keluarga selesai makan. Hanya
satu harapan saya, budhe sudi meminjamkan uang untuk saya membayar uang
registrasi. Ketika saya hampir putus asa menunggu jawaban budhe saya yang masih
belum ada kejelasan, saya mengutarakan keinginan saya untuk pulang ke kampung
halaman sembari mengutarakan kembali perihal niat saya melanjutkan studi. Sungguh
jawaban yang diluar dugaan, “uangnya buat daftar sekolah citra....” padahal
menurut saya citra masih belum begitu mebutuhkan, karena saat itu citra masih
kelas II SMP, masih ada waktu satu tahun untuk mendaftar ke SMA. Sedangkan saya
hanya tinggal menghitung hari. Astaghfirullah.... harus dengan apa? Harus
bagaimana?
Sekembalinya dari bekasi saya hanya bisa tersungkur di pangkuan
ibu, menangis dalam pangkuannya. Dan ternyata tanpa saya sadari ibu pun larut
dalam bulir air mata yang jatuh membasahi pipi tirusnya. “nok....” ibu
memandangiku lekat-lekat “sawah disana, ibu hibahkan buat kamu. Ibu jual buat
bekal kamu kuliah. Nanti ketika kamu sudah merasa bisa mengembalikan,
kembalikan buat bekal pendidikan adikmu kelak” ya Allah... ingin rasanya pita
suara ini menggetarkan lengkingan kebahagiaan. Lagi, kau tunjukan kuasamu, kau
curahkan Mahabbah-Mu, kau berikan Ma’unah-Mu. Begitu besar kasih sayang-Mu.
Meski saya tahu ibu
akan sedikit susah merelakan
satu-satunya sawah ibu, tapi saya yakin ibu akan membuat keputusan yang
bijaksana. Dan inilah.... tanggung jawab terbesar saya terhadap ibu.
Mengembalikan apa yang ibu berikan dan korbankan untuk saya.
Tanggal 31 Mei 2011 pertama kali bagi saya menginjakan kaki
di semarang bersama 12 teman lainnya di dampingi pak urip selaku guru BK dan
mas ozzy, mantan kakak kelas di SMA 1 Kesesi yang juga mahasiswa UNNES. Saya
berhutang budi kepada mereka semua yang telah membantu kelancaran verifikasi
dan lapor diri saya selama di semarang. Dan agenda program Pengenalan Akademik
(PPA) diawali dengan upacara kemerdekaan di lapangan FIK UNNES. Sangat terasa
keriuhan antusias mahasiswa baru UNNES saat itu, termasuk saya.
suasana PPA saat saya menjadi MaBa |
Dan sekarang, nyata. Saya berdiri disini sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa Arab UNNES. Dulu saya mengikuti serangkaian agenda PPA, dan
sekarang saya menjadi panitia PPA.
saya saat menjadi panitia PPA |
suasana PPA mahasiswa baru Jurusan Bahasa dan Sastra Asing UNNES angkatan 2012 |
Segala yang saya impikan dengan segala bentuk niat dan usaha
kini menjadi nyata. Meski dengan setumpuk rintangan dan permasalahan yang tak
kunjung mendapat penyelesaian. Allah Rabbku, Allah pemberi kekuatan kepada saya.
Allah yang mencurahkan kasih sayang-Nya . Dan IBU saya tanggung jawab terbesar
yang harus saya jaga. Harus saya buktikan bahwa perjuangan saya dan ibu saya
tidak sia-sia. Meski sampai sekarang hal itu kerap menjadikan beban bagi saya.
Tapi semoga saya bisa...... dan sampai sekarang saya masih menunaikan ikrar
saya untuk berjilbab. CARILAH PINTU LAIN KETIKA SATU PINTU TERTUTUP
kawan....!!!! yakinlah bahwa akan ada jalan keluar disetiap permasalahan karena
tak ada permasalahan yang tak ada penyelesaiannya. laa tahzan innallaaha
ma’anaa.